BAGIAN
2: SENAM TAWAKKAL
Keberhasilan
shalat tahajjud sebagai sebuah terapi penyembuhan memerlukan beberapa modal. Modal
utamanya adalah persiapan batin dengan menyingkirkan negative thinking dan
menumbuhkan positive thinking. Andaikata pada awalnya modal itu belum cukup, maka dengan menjalankan
terapi ini secara rutin, maka modal akan semakin berkembang menjadi sebuah keyakinan
yang kuat pada diri. Yang penting adanya niat, kemauan dan bersedia segera memulainya. Di Klinik Avicenna pasien diberi pemantapan iman, penguatan hati dan pengarahan cara berpikir yang konstruktif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk persiapan
batin adalah:
1.
Melenyapkan sifat thagha.
Thagha
adalah suatu sifat yang membawa seseorang pada perasaan sombong, takabur,
angkuh, merasa diri lebih hebat, lebih pintar, lebih kuasa dan lebih-lebih yang
lain. Thagha akan memalingkan seseorang dari menyadari keterbatasan dirinya hingga
mengakibatkan menganggap rendah orang lain. Haruslah disadari bahwa sepandai
apapun, sekuat apapun, sekaya apapun, seseorang takkan mampu mandiri tanpa
orang lain dan sehebat apapun seseorang takkan kuasa untuk menghindar dari
taqdir. Mulai dari iblis hingga Fir’aun menjadi makhluq la’natullah karena
sifat sombong/thagha ini. Karena itu thagha harus dihilangkan, tidak mudah
memang tapi bisa, Insya’ Allah. Thagha dapat dikikis dengan menumbuhkan
perasaan tidak berdaya dalam diri, dan dengan menyadari kelemahan diri. Bahwa
apapun yang didapat, apapun yang dipunyai hanyalah karena Rahman dan Rahimnya
Allah Ta’ala. Yang merasa pandai, sadarilah bahwa kepandaiannya hanyalah 1, 2
atau beberapa jenis ilmu saja. Selebihnya sudah di luar kemampuannya. Yang
merasa kuasa, sadarilah bahwa suatu saat jabatan itupun akan lepas dari tangan.
Yang merasa hebat, suatu saat takkan berdaya menghalau saat Malaikat Maut
menjemputnya.
2.
Melepaskan segala beban jiwa.
Selama
masih tinggal di atas permukaan bumi maka kita tidak akan pernah terlepas dari
yang namanya masalah. Masalah bisa timbul dari dalam diri sendiri, dari orang lain
maupun dari lingkungan sekitar. Segala problema hidup yang menimbulkan
kekecewaan, kesedihan, kecemasan, ketakutan, kemarahan, penyesalan dan rasa
bersalah yang terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang akan memicu ketidak
stabilan mekanisme kerja tubuh, yang pada ujungnya akan menimbulkan gangguan
kesehatan berupa penyakit. Untuk itu perlu bagi kita mengurai semua
permasalahan yang kita hadapi dan melepaskannya dari ruang hati dan pikiran.
Bukan tidak dirasakan atau tidak dipikirkan, tetapi tidak disimpan di dalam
hati atau pikiran, juga tidak didramatisir agar tidak semakin memberatkan. Cari jalan keluarnya, jalani apa adanya dengan pikiran yang tenang dan hati yang lapang, dan biarkan
semuanya berlaku sesuai jalannya masing-masing hingga menemukan pemecahannya.
3.
Mengembalikan segala urusan kepada Allah Ta’ala.
Dengan
menyadari bahwa semua hal berasal dari Allah, dan nantinya akan kembali kepada-Nya,
maka apapun masalah yang sedang kita hadapi kita adukan pada-Nya, seberapapun
beratnya beban hidup kita kembalikan kepada-Nya. Kita bukan manusia super kuat,
bukan pula orang super hebat yang mampu mengatasi segala hal. Kita hanya
manusia yang punya banyak keterbatasan, namun jangan khawatir, jangan takut dan
bersedih hati, karena kita punya Rabb yang Maha Segalanya. Bukan kita yang akan
menuntaskan semua masalah, bukan kehebatan kita yang mampu mengatasinya, tapi
Allah Ta’ala yang akan mengirimkan pertolongan dan bantuan-Nya melalui sesuatu,
seseorang atau bahkan tanpa perantara sama sekali. Karena Dia telah berjanji
untuk itu dan telah berjanji pula untuk tidak memberi beban di luar batas
kemampuan manusia.
4.
Berserah diri dan tawakkal.
Tumbuhkan
jiwa berserah diri dengan tulus menyadari bahwa Allah Ta’ala penguasa bumi dan
langit, tidak ada yang bisa membuat kita mulia atau terhina, sehat atau sakit,
kaya atau miskin, berkuasa atau tertindas tanpa seijin-Nya. Bahkan hal yang
paling kecilpun terjadi dalam ketentuan Allah, sebagaimana dalam QS. Al An-aam
ayat 59:
Dan pada sisi Allah-lah
kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri,
dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun
pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji
pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering,
melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhulmahfudz).
Berserah
diri mengandung makna siap untuk diatur dan diarahkan oleh Sang Khaliq. Dengan
penuh keyakinan bahwa apapun yang ditentukan oleh-Nya tidak ada yang salah dan
semuanya baik bagi kita. Baik untuk dunia, akhirat atau dunia-akhirat. Terkadang kebaikan atau hikmahnya belum kita rasakan saat itu juga, tapi pasti kita dapatkan manakala kita telah membuka hati dan pikiran untuk menerimanya. Sementara
tawakkal adalah berserah diri setelah melakukan ikhtiar maksimal, bukan dengan
berdiam diri, masa bodoh dan pasif. Berusahalah baru tawakkal, berobatlah
kemudian tawakkallah.
5.
Bersyukur atas segala yang dipunya.
Seringkali
seseorang lebih memikirkan dan mengkhayalkan apa yang diinginkan daripada
menikmati apa yang telah ada padanya. Tak jarang seseorang merasa bahwa dirinya
seharusnya mendapatkan ini atau sepantasnya memperoleh itu, dan merasa
selalu kurang dan kurang terus. Jika itu yang terjadi, dapat dipastikan
seseorang itu tidak akan pernah menghargai/mensyukuri karunia yang telah
didapat, karena pandangannya jauh ke awang-awang.
Mari
kita mulai melihat kearah diri, menyadari betapa berharganya apa yang ada di
tubuh kita, hati, pikiran, indera dan anggota tubuh yang lain. Betapa banyaknya karunia yang bisa kita
dapatkan karenanya. Bayangkan sengsaranya jika kehilangan salah satu darinya. Kita
syukuri ni’mat iman Islam yang akan menyelamatkan kita dunia akhirat. Kemudian kita syukuri adanya pasangan hidup dan
anak-anak. Bayangkan betapa merananya kita tanpa mereka. Untuk urusan harta,
jika belum berlebih, syukuri agar terasa cukup, begitu seterusnya untuk hal-hal yang lain. Semua kita
lihat dari sisi baiknya. Syukur dalam suka adalah dengan memanfaatkannya untuk
kemaslahatan dan syukur dalam duka adalah dengan memanfaatkan terbukanya
samudera ampunan dan terbentangnya ladang amal di sana.
6.
Sabar.
Kesabaran
bisa timbul dari kesadaran bahwa kesenangan dan kesedihan dalam kehidupan akan
datang silih berganti. Tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini, tidak
kesenangannya tidak pula kesedihannya. Segala hal suatu saat pasti akan sirna. Sedahsyat apapun badai, suatu saat dia pasti
reda. Seterik apapun mentari, ada waktunya ia tenggelam. Secantik apapun bunga
mekar, ada waktunya dia layu. Seindah apapun pelangi, ada saatnya dia pudar. Kesenangan akan membuat hidup bersemangat, mengantarkan
kita mengagumi ciptaan Allah dan memuji Keagungan Penciptanya. Sementara
kesusahan akan memaksa kita untuk introspeksi, kesulitan akan mendorong kita
giat berusaha, rintangan akan menempa pribadi menjadi tangguh.
Selain itu bukankah
fenomena alam ini banyak yang mengacu pada relativitas? Kita bisa mengatakan
ini baik karena ada yang buruk, ini tinggi karena ada yang rendah, ini panjang
karena ada yang pendek....dst. Jadi kita bisa mengatakan ini kesenangan, tentu
karena kita pernah mengalami kesusahan. Kesenangan dan kesusahan keduanya kita
butuhkan, agar kita bisa merasakan bahwa kesenangan itu memang membahagiakan
dan kesusahan itu adalah harapan agar bisa merasakan kesenangan setelahnya.
Sabar ketika dalam masa
kesenangan adalah dengan tidak melampaui batas, dan sabar dalam kesusahan
adalah dengan menjalaninya tanpa keluhan, terus semangat mencari jalan keluar dan
tekun berdoa meneguhkan hati. Menurut pengalaman Prof. Sholeh, pasien yang
menjalani sakitnya dengan sabar dan lapang dada akan mendapatkan kesembuhan
yang lebih cepat (lebih baik) dibanding pasien yang selalu sedih, murung, galau atau
marah-marah.
7.
Ikhlash.
Secara
sederhana ikhlash adalah sikap mental seseorang yang melakukan segala sesuatu
hanya karena mengharapkan ridlo Allah Ta’ala dan bebas dari pamrih kepada
manusia. Tak perlu pikirkan apa kata orang, tak hendak pedulikan apa penilaian
orang, tak usah hiraukan apa pendapat orang, yang penting tetap ada di jalan
kebenaran Allah dan tetap pada pribadi yang shalih. Untuk mewujudkan ini
tidaklah mudah karena sifat hati yang sering berbolak-balik ditimpali godaan
syaithan yang selalu membisikkan keburukan. Tapi ikhlash bisa diusahakan dengan
pemahaman dan keimanan serta dimohonkan dengan doa, “Wahai Dzat yang
membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami atas jalan kebenaran-Mu, Wahai Dzat
yang merubah-rubah hati, rubahlah hati kami atas keta’atan kepada-Mu”.
8.
Ikhtiar.
Ikhtiar
adalah gerakan hati, lisan dan anggota tubuh untuk menggapai suatu tujuan.
Ikhtiar harus dilakukan semaksimal mungkin, sampai pada batas kemampuannya.
Segala jalan segala cara asal tidak melanggar syari’at hendaknya ditempuh.
Seseorang akan bersemangat untuk ikhtiar, mau bersusah
payah, bersedia berusaha keras, rela berjuang mati-matian, siap melakukan
apapun, bahkan rela mengorbankan segalanya manakala ia punya harapan yang besar dalam dirinya. Seorang
pekerja mau berpanas-panas dan berhujan-hujan karena berharap mendapat upah.
Seorang nelayan berani menerjang ombak dan menantang badai karena berharap
mendapat tangkapan. Seorang pejuang tidak takut senjata, tidak gentar menyerbu
musuh karena berharap mendapat kemenangan. Semua itu demi sebuah harapan. Dan berharapanlah
pada apa yang dijanjikan oleh Allah Ta’ala. Karena jika manusia yang memberi harapan, karena
keterbatasannya sebagai manusia, harapan itu belum tentu bisa terwujud. Namun
jika Allah yang memberi harapan, karena kekuasaan-Nya yang tanpa batas, harapan
itu pasti akan terwujud.
---***---
Dalam
terapi holistik psikoneuroimunologi tahajjud, senam tawakkal dipakai sebagai
penunjang keberhasilan terapi. Senam ini dimaksudkan untuk mempersiapkan hati
dan fisik untuk menggapai manfaat maksimal dari shalat tahajjud, sembari
memenuhi beberapa prasyarat di atas. Pada senam tawakkal, beberapa gerakannya
mengacu pada gerakan shalat. Menurut Prof. Sholeh semua gerakan senam ini telah melalui penelitian, sangat baik secara jasmaniah dan sangat bermanfaat secara ruhiyah.
PANDUAN PRAKTIS SENAM
TAWAKKAL
Postur 1
Berdiri
tegak, kaki direnggangkan sejajar bahu, ambil posisi yang nyaman dengan
mendapatkan tumpuan kaki yang mantap, tangan lurus ke bawah dengan rileks.
Off-kan pikiran sadar, dan on-kan pikiran bawah sadar dengan cara merelaksasi
fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lepaskan semua beban pikiran dan
perasaan yang mengganjal. Tarik napas dalam-dalam, tahan empat/lima hitungan,
lalu keluarkan perlahan-lahan. Temukan napas anda seperti napas orang tidur,
lembut, alami, pelan dan halus. Kemudian relaksasikan pikiran dengan
memperkecil stimulus sugesti diri dengan mengucapkan Allah (الله)
ketika
mengambil napas dan hu (هو) ketika mengeluarkan
napas. Ucapkan itu dalam hati tanpa bersuara. Bersama tarikan dan hembusan
napas rasakan relaksasi di sekujur tubuh. Kemudian pusatkan pikiran pada bagian
tubuh yang sedang sakit. Rasakan seolah-olah tarikan napas adalah obat yang
masuk dan hembusan napas adalah pelepasan penyakit. Rasakan seakan-akan tubuh tengah memperbaiki kinerja organ-organnya. Lakukan hal ini dalam tempo
yang cukup lama dengan tenang dan rileks.
Postur 2
Bungkukkan
badan dengan cara meletakkan telapak tangan pada paha. Turunkan perlahan-lahan
tangan hingga lutut, kemudian betis, hingga sampai matakaki dan genggam ringan
pergelangan kaki. Jika pada awalnya belum bisa sempurna posturnya, tahan sampai
dimana kemampuan tubuh. Berikan progress perbaikan di saat berikutnya.
Rasakan
tarikan otot di sepanjang kaki dan tulang belakang. Rasakan seakan-akan itu
tarikan keluarnya penyakit dan rasa sakit dari tubuh. Tarik napas dengan mengucapkan
Allah (الله)
dan menghembuskan napas dengan mengucapkan hu (هو).
Tetaplah pada posisi tsb semampunya, dan tambah progress waktunya di saat
berikutnya.
Postur 3
Tarik
pelan-pelan tangan ke arah lutut bersamaan dengan bangkitnya tubuh hingga
berdiri tegak kembali. Ulangi seperti postur 1.
Postur 4
Tekuk
lutut perlahan-lahan, letakkan di lantai, kemudian ambil posisi sujud dengan
merenggangkan lengan. Tarik dan lepaskan napas seperti di atas. Rasakan aliran
cairan tubuh ke bagian atas tubuh, nikmati sebagai perbaikan metabolisme tubuh. Nikmati postur ini sebagai pembersihan otak dari pikiran buruk/negatif. Lakukan postur ini seberapa mampunya.
Postur 5
Angkat
kepala, bangkit dari duduk, dan letakkan tangan pada lutut yang ditekuk. Posisi
kedua telapak kaki berdiri disamping tubuh. Renggangkan kaki sehingga bagian
pantat tidak terletakkan di atas telapak kaki tapi dalam posisi menggantung.
Tarik dan hembuskan napas seperti di atas dan rasakan peregangan di jari-jari
kaki, telapak kaki, tungkai, betis, lutut hingga pinggang. Tahan postur ini beberapa saat semampunya.
Postur 6
Tarik
ujung jari kaki ke belakang hingga posisi punggung kaki menempel di lantai.
Letakkan tangan di atas lutut. Tarik dan hembuskan napas seperti di atas. Diam
pada posisi ini untuk beberapa saat untuk relaksasi.
Postur 7
Tarik
tangan ke belakang tubuh dengan telapak tangan menghadap ke atas, dan posisi
rileks. Kemudian bungkukkan badan hingga dahi menyentuh di lantai. Tarik dan
hembuskan napas seperti tadi. Ibaratkan postur ini sebagai bentuk kepasrahan yang dalam, sebagai bentuk ketidakberdayaan kita dengan segala keterbatasannya. Pertahankan posisi ini untuk beberapa saat.
Postur 8
Angkat
kepala dan badan hingga posisi duduk. Tarik tangan ke depan dan letakkan di
samping badan. Perlahan-lahan rebahkan badan ke belakang hingga punggung dan
kepala tersandar ke lantai, sementara posisi lutut tetap ditekuk. Perlahan geser tangan ke samping menjauhi tubuh, kemudian geser lagi hingga lurus di atas kepala (gerakan 180 derajat). Untuk tahap awal
jika sulit melakukan sendiri, bisa minta bantuan orang lain untuk menahan
kepala saat akan diletakkan di lantai. Demikian pula tatkala menggeser tangan
ke atas, bisa minta bantuan orang lain. Lakukan perlahan-lahan dan tahan di
posisi dimana mampunya tubuh. Tarik dan hembuskan napas seperti tadi. Rasakan peregangan yang kuat di paha hingga lengan. Tetaplah pada posisi tersebut untuk beberapa waktu.
Postur 9
Miringkan
tubuh kekanan dan tarik ujung kaki ke depan hingga posisi tubuh lurus, kemudian
kembali ke posisi telentang. Kali ini tubuh dalam posisi segaris mulai kaki
sampai tangan. Tarik dan hembuskan napas seperti tadi. Tahan
untuk beberapa saat.
Postur 10
Angkat
tangan ke atas dada, dengan siku tetap lurus, kemudian diiringi dengan
bangkitnya tubuh bagian atas, hingga pada posisi duduk. Lanjutkan dengan
membungkukkan badan ke depan hingga tangan bisa menggengam jari kaki. Tarik dan hembuskan napas seperti tadi.
Rasakan peregangan otot di sekujur tubuh. Tahan posisi itu untuk beberapa lama,
baru lepaskan pegangan tangan pada jari kaki, dan tarik napas panjang beberapa
kali.
Catatan:
1.
Senam tawakkal bisa dikerjakan sekali atau dua kali sehari dengan waktu yang
tidak mengikat misalnya setelah selesai shalat shubuh, setelah selesai shalat
dhuha atau setelah selesai shalat ashar.
2.
Jika pada tahap awal belum bisa mengerjakan tiap gerakan/postur dengan
sempurna, karena tubuh merasa sakit atau kaku, maka bisa dilatih sedikit-demi
sedikit. Usahakan dengan progress yang terarah.
3.
Tempo yang dijalankan sesuai dengan kemampuan masing-masing, sebaiknya sekitar
1 sampai 1,5 jam sekali senam.
4.
Mohon maaf belum mendapatkan model peraga yang tepat jadi terpaksa si Dedek
yang diminta memperagakan, sayangnya masih kurang sempurna gerakannya. Jika
ingin lebih tepat dan terarah dipersilahkan mengikuti pelatihan shalat tahajjudnya Prof. Dr.
Moh. Sholeh atau mengunjungi Klinik Avicenna di Kediri.Bagian 1 silahkan buka link dibawah ini:
http://santiharmoetadji.blogspot.co.id/2015/11/terapi-holistik-psikoneuroimunologi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar