Selasa, 24 November 2015

TERAPI HOLISTIK PSIKONEUROIMUNOLOGI TAHAJJUD (BAGIAN 2)

BAGIAN 2: SENAM TAWAKKAL
Keberhasilan shalat tahajjud sebagai sebuah terapi penyembuhan memerlukan beberapa modal. Modal utamanya adalah persiapan batin dengan menyingkirkan negative thinking dan menumbuhkan positive thinking. Andaikata pada awalnya modal itu belum cukup, maka dengan menjalankan terapi ini secara rutin, maka modal akan semakin berkembang menjadi sebuah keyakinan yang kuat pada diri. Yang penting adanya niat, kemauan dan bersedia segera memulainya. Di Klinik Avicenna pasien diberi pemantapan iman, penguatan hati dan pengarahan cara berpikir yang konstruktif.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk persiapan batin adalah:

1. Melenyapkan sifat thagha.
Thagha adalah suatu sifat yang membawa seseorang pada perasaan sombong, takabur, angkuh, merasa diri lebih hebat, lebih pintar, lebih kuasa dan lebih-lebih yang lain. Thagha akan memalingkan seseorang dari menyadari keterbatasan dirinya hingga mengakibatkan menganggap rendah orang lain. Haruslah disadari bahwa sepandai apapun, sekuat apapun, sekaya apapun, seseorang takkan mampu mandiri tanpa orang lain dan sehebat apapun seseorang takkan kuasa untuk menghindar dari taqdir. Mulai dari iblis hingga Fir’aun menjadi makhluq la’natullah karena sifat sombong/thagha ini. Karena itu thagha harus dihilangkan, tidak mudah memang tapi bisa, Insya’ Allah. Thagha dapat dikikis dengan menumbuhkan perasaan tidak berdaya dalam diri, dan dengan menyadari kelemahan diri. Bahwa apapun yang didapat, apapun yang dipunyai hanyalah karena Rahman dan Rahimnya Allah Ta’ala. Yang merasa pandai, sadarilah bahwa kepandaiannya hanyalah 1, 2 atau beberapa jenis ilmu saja. Selebihnya sudah di luar kemampuannya. Yang merasa kuasa, sadarilah bahwa suatu saat jabatan itupun akan lepas dari tangan. Yang merasa hebat, suatu saat takkan berdaya menghalau saat Malaikat Maut menjemputnya.

2. Melepaskan segala beban jiwa.
Selama masih tinggal di atas permukaan bumi maka kita tidak akan pernah terlepas dari yang namanya masalah. Masalah bisa timbul dari dalam diri sendiri, dari orang lain maupun dari lingkungan sekitar. Segala problema hidup yang menimbulkan kekecewaan, kesedihan, kecemasan, ketakutan, kemarahan, penyesalan dan rasa bersalah yang terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang akan memicu ketidak stabilan mekanisme kerja tubuh, yang pada ujungnya akan menimbulkan gangguan kesehatan berupa penyakit. Untuk itu perlu bagi kita mengurai semua permasalahan yang kita hadapi dan melepaskannya dari ruang hati dan pikiran. Bukan tidak dirasakan atau tidak dipikirkan, tetapi tidak disimpan di dalam hati atau pikiran, juga tidak didramatisir agar tidak semakin memberatkan. Cari jalan keluarnya, jalani apa adanya dengan pikiran yang tenang dan hati yang lapang, dan biarkan semuanya berlaku sesuai jalannya masing-masing hingga menemukan pemecahannya.

3. Mengembalikan segala urusan kepada Allah Ta’ala.
Dengan menyadari bahwa semua hal berasal dari Allah, dan nantinya akan kembali kepada-Nya, maka apapun masalah yang sedang kita hadapi kita adukan pada-Nya, seberapapun beratnya beban hidup kita kembalikan kepada-Nya. Kita bukan manusia super kuat, bukan pula orang super hebat yang mampu mengatasi segala hal. Kita hanya manusia yang punya banyak keterbatasan, namun jangan khawatir, jangan takut dan bersedih hati, karena kita punya Rabb yang Maha Segalanya. Bukan kita yang akan menuntaskan semua masalah, bukan kehebatan kita yang mampu mengatasinya, tapi Allah Ta’ala yang akan mengirimkan pertolongan dan bantuan-Nya melalui sesuatu, seseorang atau bahkan tanpa perantara sama sekali. Karena Dia telah berjanji untuk itu dan telah berjanji pula untuk tidak memberi beban di luar batas kemampuan manusia.

4. Berserah diri dan tawakkal.
Tumbuhkan jiwa berserah diri dengan tulus menyadari bahwa Allah Ta’ala penguasa bumi dan langit, tidak ada yang bisa membuat kita mulia atau terhina, sehat atau sakit, kaya atau miskin, berkuasa atau tertindas tanpa seijin-Nya. Bahkan hal yang paling kecilpun terjadi dalam ketentuan Allah, sebagaimana dalam QS. Al An-aam ayat 59:
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhulmahfudz).
Berserah diri mengandung makna siap untuk diatur dan diarahkan oleh Sang Khaliq. Dengan penuh keyakinan bahwa apapun yang ditentukan oleh-Nya tidak ada yang salah dan semuanya baik bagi kita. Baik untuk dunia, akhirat atau dunia-akhirat. Terkadang kebaikan atau hikmahnya belum kita rasakan saat itu juga, tapi pasti kita dapatkan manakala kita telah membuka hati dan pikiran untuk menerimanya. Sementara tawakkal adalah berserah diri setelah melakukan ikhtiar maksimal, bukan dengan berdiam diri, masa bodoh dan pasif. Berusahalah baru tawakkal, berobatlah kemudian tawakkallah.

5. Bersyukur atas segala yang dipunya.
Seringkali seseorang lebih memikirkan dan mengkhayalkan apa yang diinginkan daripada menikmati apa yang telah ada padanya. Tak jarang seseorang merasa bahwa dirinya seharusnya mendapatkan ini atau sepantasnya memperoleh itu, dan merasa selalu kurang dan kurang terus. Jika itu yang terjadi, dapat dipastikan seseorang itu tidak akan pernah menghargai/mensyukuri karunia yang telah didapat, karena pandangannya jauh ke awang-awang.
Mari kita mulai melihat kearah diri, menyadari betapa berharganya apa yang ada di tubuh kita, hati, pikiran, indera dan anggota tubuh yang lain.  Betapa banyaknya karunia yang bisa kita dapatkan karenanya. Bayangkan sengsaranya jika kehilangan salah satu darinya. Kita syukuri ni’mat iman Islam yang akan menyelamatkan kita dunia akhirat. Kemudian kita syukuri adanya pasangan hidup dan anak-anak. Bayangkan betapa merananya kita tanpa mereka. Untuk urusan harta, jika belum berlebih, syukuri agar terasa cukup, begitu seterusnya untuk hal-hal yang lain. Semua kita lihat dari sisi baiknya. Syukur dalam suka adalah dengan memanfaatkannya untuk kemaslahatan dan syukur dalam duka adalah dengan memanfaatkan terbukanya samudera ampunan dan terbentangnya ladang amal di sana.

6. Sabar.
Kesabaran bisa timbul dari kesadaran bahwa kesenangan dan kesedihan dalam kehidupan akan datang silih berganti. Tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini, tidak kesenangannya tidak pula kesedihannya. Segala hal suatu saat pasti akan sirna. Sedahsyat apapun badai, suatu saat dia pasti reda. Seterik apapun mentari, ada waktunya ia tenggelam. Secantik apapun bunga mekar, ada waktunya dia layu. Seindah apapun pelangi, ada saatnya dia pudar. Kesenangan akan membuat hidup bersemangat, mengantarkan kita mengagumi ciptaan Allah dan memuji Keagungan Penciptanya. Sementara kesusahan akan memaksa kita untuk introspeksi, kesulitan akan mendorong kita giat berusaha, rintangan akan menempa pribadi menjadi tangguh.
Selain itu bukankah fenomena alam ini banyak yang mengacu pada relativitas? Kita bisa mengatakan ini baik karena ada yang buruk, ini tinggi karena ada yang rendah, ini panjang karena ada yang pendek....dst. Jadi kita bisa mengatakan ini kesenangan, tentu karena kita pernah mengalami kesusahan. Kesenangan dan kesusahan keduanya kita butuhkan, agar kita bisa merasakan bahwa kesenangan itu memang membahagiakan dan kesusahan itu adalah harapan agar bisa merasakan kesenangan setelahnya.

Sabar ketika dalam masa kesenangan adalah dengan tidak melampaui batas, dan sabar dalam kesusahan adalah dengan menjalaninya tanpa keluhan, terus semangat mencari jalan keluar dan tekun berdoa meneguhkan hati. Menurut pengalaman Prof. Sholeh, pasien yang menjalani sakitnya dengan sabar dan lapang dada akan mendapatkan kesembuhan yang lebih cepat (lebih baik) dibanding pasien yang selalu sedih, murung, galau atau marah-marah.

7. Ikhlash.
Secara sederhana ikhlash adalah sikap mental seseorang yang melakukan segala sesuatu hanya karena mengharapkan ridlo Allah Ta’ala dan bebas dari pamrih kepada manusia. Tak perlu pikirkan apa kata orang, tak hendak pedulikan apa penilaian orang, tak usah hiraukan apa pendapat orang, yang penting tetap ada di jalan kebenaran Allah dan tetap pada pribadi yang shalih. Untuk mewujudkan ini tidaklah mudah karena sifat hati yang sering berbolak-balik ditimpali godaan syaithan yang selalu membisikkan keburukan. Tapi ikhlash bisa diusahakan dengan pemahaman dan keimanan serta dimohonkan dengan doa, “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami atas jalan kebenaran-Mu, Wahai Dzat yang merubah-rubah hati, rubahlah hati kami atas keta’atan kepada-Mu”.

8. Ikhtiar.
Ikhtiar adalah gerakan hati, lisan dan anggota tubuh untuk menggapai suatu tujuan. Ikhtiar harus dilakukan semaksimal mungkin, sampai pada batas kemampuannya. Segala jalan segala cara asal tidak melanggar syari’at hendaknya ditempuh. Seseorang akan bersemangat untuk ikhtiar, mau bersusah payah, bersedia berusaha keras, rela berjuang mati-matian, siap melakukan apapun, bahkan rela mengorbankan segalanya manakala ia punya harapan yang besar dalam dirinya. Seorang pekerja mau berpanas-panas dan berhujan-hujan karena berharap mendapat upah. Seorang nelayan berani menerjang ombak dan menantang badai karena berharap mendapat tangkapan. Seorang pejuang tidak takut senjata, tidak gentar menyerbu musuh karena berharap mendapat kemenangan. Semua itu demi sebuah harapan. Dan berharapanlah pada apa yang dijanjikan oleh Allah Ta’ala. Karena jika manusia yang memberi harapan, karena keterbatasannya sebagai manusia, harapan itu belum tentu bisa terwujud. Namun jika Allah yang memberi harapan, karena kekuasaan-Nya yang tanpa batas, harapan itu pasti akan terwujud.


---***---

Dalam terapi holistik psikoneuroimunologi tahajjud, senam tawakkal dipakai sebagai penunjang keberhasilan terapi. Senam ini dimaksudkan untuk mempersiapkan hati dan fisik untuk menggapai manfaat maksimal dari shalat tahajjud, sembari memenuhi beberapa prasyarat di atas. Pada senam tawakkal, beberapa gerakannya mengacu pada gerakan shalat. Menurut Prof. Sholeh semua gerakan senam ini telah melalui penelitian, sangat baik secara jasmaniah dan sangat bermanfaat secara ruhiyah. 

PANDUAN PRAKTIS SENAM TAWAKKAL

Postur 1
Berdiri tegak, kaki direnggangkan sejajar bahu, ambil posisi yang nyaman dengan mendapatkan tumpuan kaki yang mantap, tangan lurus ke bawah dengan rileks. Off-kan pikiran sadar, dan on-kan pikiran bawah sadar dengan cara merelaksasi fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lepaskan semua beban pikiran dan perasaan yang mengganjal. Tarik napas dalam-dalam, tahan empat/lima hitungan, lalu keluarkan perlahan-lahan. Temukan napas anda seperti napas orang tidur, lembut, alami, pelan dan halus. Kemudian relaksasikan pikiran dengan memperkecil stimulus sugesti diri dengan mengucapkan Allah (الله) ketika mengambil napas dan hu (هو) ketika mengeluarkan napas. Ucapkan itu dalam hati tanpa bersuara. Bersama tarikan dan hembusan napas rasakan relaksasi di sekujur tubuh. Kemudian pusatkan pikiran pada bagian tubuh yang sedang sakit. Rasakan seolah-olah tarikan napas adalah obat yang masuk dan hembusan napas adalah pelepasan penyakit. Rasakan seakan-akan tubuh tengah memperbaiki kinerja organ-organnya. Lakukan hal ini dalam tempo yang cukup lama dengan tenang dan rileks.


Postur 2
Bungkukkan badan dengan cara meletakkan telapak tangan pada paha. Turunkan perlahan-lahan tangan hingga lutut, kemudian betis, hingga sampai matakaki dan genggam ringan pergelangan kaki. Jika pada awalnya belum bisa sempurna posturnya, tahan sampai dimana kemampuan tubuh. Berikan progress perbaikan di saat berikutnya.
Rasakan tarikan otot di sepanjang kaki dan tulang belakang. Rasakan seakan-akan itu tarikan keluarnya penyakit dan rasa sakit dari tubuh. Tarik napas dengan mengucapkan Allah (الله) dan menghembuskan napas dengan mengucapkan hu (هو). Tetaplah pada posisi tsb semampunya, dan tambah progress waktunya di saat berikutnya.


Postur 3
Tarik pelan-pelan tangan ke arah lutut bersamaan dengan bangkitnya tubuh hingga berdiri tegak kembali. Ulangi seperti postur 1.




Postur 4
Tekuk lutut perlahan-lahan, letakkan di lantai, kemudian ambil posisi sujud dengan merenggangkan lengan. Tarik dan lepaskan napas seperti di atas. Rasakan aliran cairan tubuh ke bagian atas tubuh, nikmati sebagai perbaikan metabolisme tubuh. Nikmati postur ini sebagai pembersihan otak dari pikiran buruk/negatif. Lakukan postur ini seberapa mampunya.



Postur 5
Angkat kepala, bangkit dari duduk, dan letakkan tangan pada lutut yang ditekuk. Posisi kedua telapak kaki berdiri disamping tubuh. Renggangkan kaki sehingga bagian pantat tidak terletakkan di atas telapak kaki tapi dalam posisi menggantung. Tarik dan hembuskan napas seperti di atas dan rasakan peregangan di jari-jari kaki, telapak kaki, tungkai, betis, lutut hingga pinggang. Tahan postur ini beberapa saat semampunya.


Postur 6
Tarik ujung jari kaki ke belakang hingga posisi punggung kaki menempel di lantai. Letakkan tangan di atas lutut. Tarik dan hembuskan napas seperti di atas. Diam pada posisi ini untuk beberapa saat untuk relaksasi.


Postur 7
Tarik tangan ke belakang tubuh dengan telapak tangan menghadap ke atas, dan posisi rileks. Kemudian bungkukkan badan hingga dahi menyentuh di lantai. Tarik dan hembuskan napas seperti tadi. Ibaratkan postur ini sebagai bentuk kepasrahan yang dalam, sebagai bentuk ketidakberdayaan kita dengan segala keterbatasannya. Pertahankan posisi ini untuk beberapa saat.



Postur 8
Angkat kepala dan badan hingga posisi duduk. Tarik tangan ke depan dan letakkan di samping badan. Perlahan-lahan rebahkan badan ke belakang hingga punggung dan kepala tersandar ke lantai, sementara posisi lutut tetap ditekuk. Perlahan geser tangan ke samping menjauhi tubuh, kemudian geser lagi hingga lurus di atas kepala (gerakan 180 derajat). Untuk tahap awal jika sulit melakukan sendiri, bisa minta bantuan orang lain untuk menahan kepala saat akan diletakkan di lantai. Demikian pula tatkala menggeser tangan ke atas, bisa minta bantuan orang lain. Lakukan perlahan-lahan dan tahan di posisi dimana mampunya tubuh. Tarik dan hembuskan napas seperti tadi. Rasakan peregangan yang kuat di paha hingga lengan. Tetaplah pada posisi tersebut untuk beberapa waktu. 


Postur 9
Miringkan tubuh kekanan dan tarik ujung kaki ke depan hingga posisi tubuh lurus, kemudian kembali ke posisi telentang. Kali ini tubuh dalam posisi segaris mulai kaki sampai tangan. Tarik dan hembuskan napas seperti tadi. Tahan untuk beberapa saat.



Postur 10
Angkat tangan ke atas dada, dengan siku tetap lurus, kemudian diiringi dengan bangkitnya tubuh bagian atas, hingga pada posisi duduk. Lanjutkan dengan membungkukkan badan ke depan hingga tangan bisa menggengam jari kaki.  Tarik dan hembuskan napas seperti tadi. Rasakan peregangan otot di sekujur tubuh. Tahan posisi itu untuk beberapa lama, baru lepaskan pegangan tangan pada jari kaki, dan tarik napas panjang beberapa kali.


Catatan:
1. Senam tawakkal bisa dikerjakan sekali atau dua kali sehari dengan waktu yang tidak mengikat misalnya setelah selesai shalat shubuh, setelah selesai shalat dhuha atau setelah selesai shalat ashar.
2. Jika pada tahap awal belum bisa mengerjakan tiap gerakan/postur dengan sempurna, karena tubuh merasa sakit atau kaku, maka bisa dilatih sedikit-demi sedikit. Usahakan dengan progress yang terarah.
3. Tempo yang dijalankan sesuai dengan kemampuan masing-masing, sebaiknya sekitar 1 sampai 1,5 jam sekali senam.
4. Mohon maaf belum mendapatkan model peraga yang tepat jadi terpaksa si Dedek yang diminta memperagakan, sayangnya masih kurang sempurna gerakannya. Jika ingin lebih tepat dan terarah dipersilahkan mengikuti pelatihan shalat tahajjudnya Prof. Dr. Moh. Sholeh atau mengunjungi Klinik Avicenna di Kediri.


Bagian 1 silahkan buka link dibawah ini: 
http://santiharmoetadji.blogspot.co.id/2015/11/terapi-holistik-psikoneuroimunologi.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar